Controlling menurut Al Qur’an dan Hadits
makalah
Oleh :
M. Syaiful Anam
NIM. 14071
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PASCA
SARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2015
Controlling menurut Al Qur’an dan Hadits
I.
ABSTRAK
Pengawasan atau controlling adalah bagian terakhir dari fungsi
manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses
manajemen, karena itu harus dilaksanakan sebaik-baiknya. Fungsi manajemen yang
dikendalikan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
itu sendiri. Kasus-kasus yang banyak terjadi dalam organisasi adalah akibat
masih lemahnya pengendalian sehingga terjadilah berbagai penyimpangan antara
yang direncanakan dengan yang dilaksanakan.
Suatu Organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang
berguna untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses
pengawasan berjalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk
menjalankan proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial
dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu proses dapat langsung
diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat menunjang
terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan juga
meliputi bidang-bidang pengawasan yang menunjang keberhasilan dari suatu tujuan
organisasi.
Dalam menjalankan sebuah instansi pendidikan formal perlu dilakukan
proses konstruksi dan manajerial sistem yang baik. Kegiatan-kegiatan tersebut
merupakan aktifitas dari manajamen pendidikan. Aktivitas di dalam manajemen itu
sendiri meliputi proses perencanaan, pengorganisasian,penggerakan, dan
pengawasan. Dalam manajemen pendidikan, terdapat banyak aspek yang subtantif
seperti kurikulum, peserta didik, sumber daya manusia, sarana prasarana,
keuangan dan hubungan masyarakat. Sangatlah tidak mudah dalam melakukannya
secara keseluruhan, terlebih ketika proses manajemen telah berjalan. Maka dari
itu sangatlah penting proses pengawasan (controlling) dilakukan agar
sinergisitas seluruh aspek berjalan.
II.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
Konsep Controlling menurut Al Qur’an dan Hadits?
2.
Bagaimana
Implementasi Controlling dalam Manajemen Pendidikan?
III.
PEMBAHASAN
1.
Konsep
Controlling dalam Qur’an dan Hadits
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang
harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan,
menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar. Pengendalian
adalah salah satu fungsi manajemen yang merupakan pengukuran dan koreksi semua
kegiatan di dalam rangka memastikan bahwa tujuan-tujuan dan rencana-rencana
organisasi dapat terlaksana dengan baik.
Menurut winardi pengawasan adalah semua aktifitas yang dilaksanakan
oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil actual sesuai dengan
hasil yang direncanakan.[1]
Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan guna
menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dari definisi tersebut terlihat bahwa pengawasan
diselenggarakan pada waktu kegiatan sedang berlangsung. Pengawasan juga sebagai alat untuk memantau
dan menilai perencanaan dan pelaksanaan apa ada kesalahan dan penyimpangan
untuk kemudian dilakukan perbaikan serta mencegah upaya tidak terulang lagi
kesalahan dan penyimpangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah
tindakan atas proses kegiatan untuk mengontrol dan menilai terhadap pelaksanaan
pekerjaan yang sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan.
Sedangkan tujuan pengawasan diantanya yaitu :[2]
a.
Menghentikan
atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan, hambatan,
dan ketidakadilan
b.
Mencegah
terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan, dan ketidakadilan
c.
Mendapatkan
cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik
d.
Menciptakan
suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas organisasi
e.
Meningkatkan
kelancaran operasi organisasi
f.
Meningkatkan
kinerja organisasi
g.
Memberikan
opini atas kinerja organisasi
h.
Mengarahkan
manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kerja yang
ada
i.
Menciptakan
terwujudnya organisasi yang bersihPengertian
Proses pengawasan atau ar-riqobah merupakan suatu yang harus ada
dan harus dilaksanakan. Kegiatan ini untuk meneliti dan memerikasa apakah
pelaksanaan tugas-tugas perencanaan betul-betul dikerjakan atau tidak. Hal ini
juga untuk mengetahui apakah ada penyimpangan, penyalahgunaan dan kekurangan
dalam pelaksanaannya, jika ada maka perlu untuk direvisi. Ar-riqobah
atau proses kontrol merupakan kewajiban yang terus menerus harus dilaksanakan,
karena kontrol merupakan pengecekan jalannya planning dalam organisasi guna
menghindari kegagalan atau akibat yang lebih buruk. Dalam konteks ini,
implementasi syariah diwujudkan melalui tiga pilar pengawasan, yaitu:
1)
Ketaqwaan
individu, bahwa seluruh personel perusahaan dipastikan dan dibina agar menjadi
manusia yang bertaqwa.
2)
Kontrol
anggota, dalam suasaana organisasi yang mencerminkan sebuah team maka proses
keberlangsungan organisasi selalu akan mendapatkan pengawasan dari personelnya
sesuai dengan arah yang telah ditetapkan.
3)
Penerapan/supremasi
aturan, organisasi ditegakkan dengan aturan main yang jelas dan transparan dan
tidak bertentangan dengan syariah.[3]
Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW yang
berbunyi:
حاسبوا آنفسكم قبل أن بحاسبوا و نوا أعمالكم قبل أن توزن (الحديث)
Artinya:
“Periksalah dirimu sebelum memeriksa orang lain, lihatlah terlebih dahulu atas
kerjamu sebelum melihat atas kerja orang lain”
Di dalam Al-qur’an banyak menyebutkan mengenai konsep controlling.
Diantaranya yaitu :
1.
Surat
at-Tahrim ayat 6 :
Artinya
: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka.” (Q.S. at-Tahrim)
Tafsir ayat Al Maroghi mentafsirkan ayat ini menjelaskan
bahwa Hai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya, hendaklah di antara
kamu memberitahukan satu dengan yang lain, yaitu apa-apa yang menyelamatkan
kamu dari neraka, selamatkanlah diri kalian darinya, yaitu dengan taat kepada
Allah melaksanakan perintah-Nya, beritahulah keluargamu, tentang ketaatan
kepada Allah, karena dengan itu akan menyelamatkan jiwa mereka dari neraka,
berilah mereka nasehat dan pendidikan. Hendaklah seorang lelaki itu membenahi
dirinya dengan ketaatan kepada Allah, juga membenahi keluarganya sebagai rasa
tanggungjawabnya sebagai pemimpin dan yang dipimpinnya.
Kata keluargamu di sini
maksudnya adalah istri, anak, pembantu, budak dan diperintahkan kepada mereka
agar mnjaganya dengan cara memberikan bimbingan, nasehat, dan pendidikan kepada
mereka.[4]
Berikanlah pendidikan dan pengetahuan mengenai kebaikan terhadap dirimu dan
keluargamu. Entertain tentang pentingnya membina keluarga agar terhindar dari
siksaan api neraka ini tidak hanya semata-mata diartikan api neraka yang ada di
akhirat nanti, melainkan termasuk pula berbagai masalah dan bencana yang
menyedihkan, merugikan dan merusak diri pribadi seseorang.[5]
Kaitannya controlling dalam surat At Tahrim ayat 6 ini yaitu adanya
control atau pengawasan diri untuk keluarga maupun anak untuk senantiasa
taat dan melaksanakan perintah Allah supaya kelak nantinya mereka terhindar
dari api neraka. Dan dalam tafsiran ayat di atas bisa diambil kesimpulan bahwa
kepala rumah tangga sebagai peminpin dalam keluarga wajib mengingatkan atau
melakukan pengawasan kepada istri, anak maupun saudara untuk senantiasa taat
pada perintah Allah.
2.
Surat
Adz-Dzariat ayat 21
Artinya
: “Dan (juga) pada dirimu sendiri, maka apakah kamu tidak memperhatikan.” (Q.S.
Adz-Dzariat: 21)
Qatadah menafsirkan ayat ini bahwa barang siapa bertafakkur
(memikirkan) penciptaan dirinya sendiri, maka ia akan mengetahui bahwa dirinya
itu hanya diciptakan dan persendiannya dilenturkan semata-mata untuk beribadah.
Kaitannya controlling denga surat Adz Dzariyat ayat 21 ini yaitu
3.
Surat
Al-Baqoroh ayat 44.
Artinya
: “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan
diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab? Maka tidaklah kamu
berfikir.” (Q.S. al-Baqoroh: 44)
Asbabun Nuzul dari surat ini sehubungan
dengann orang-orang yahudi madinah. Pada waktu itu ada seorang lelaki berkata
kepada menantunya, kaum kerabat dan saudara sesusunya yang telah memeluk agama
Islam : “tetap teguhlah kamu dalam ajaran Islam yang telah kamu peluk dan apa
saja yang diperintahkan Muhammad taatilah. Sebab segala sesuatu yang
diperintahkan oleh Muhammad adalah benar” Lelaki itu memerintahkan kepada orang
lain berbuat baik. Tetapi dia sendiri tidak melakukannya. Sehubungannya dengan
itu maka Allah memberi peringatan kepadanya agar tidak melupakan diri sendiri. Ayat
ke 44 ini diturunkan sengaja untuk memberi peringatan kepeda mereka yang
memberi petunjuk dan memerintahkan kepada orang lain melakukan kebajikan
sedangkan mereka sendiri tidak mengerjakanya .[6]
Tafsir ayat ini yakni kata Anfusakum bentuk jama’ dari nafs
yang mempunyai banyak arti antara lain totalitas diri manusia yang dimaksud
disini adalah diri manusia sendiri.[7]
Ayat ini mengandung kecaman terhadap setiap pemuka agama yang melakukan hal
yang bertentangan dengan apa yang dianjurkannya. Ada dua hal yang disebut dalam
ayat ini yang seharusnya menghalangi pemuka-pemuka agama itu melupakn diri
mereka. Pertama karena mereka menyuruh orang lain berbuat baik. Yang kedua,
karena mereka membaca kitab suci. Bacaan tersebut seharusnya mengingatkan
mereka. tetapi ternyata keduanya tidak mereka hiraukan sehingga sungguh wajar
mereka dikecam.
Mereka menyuruh orang lain mengerjakan kebaikan, sementara dirinya
sendiri tidak melakukannya maka mereka pantas menerima celaan dari Allah.Tujuan
ayat ini bukan hanya mencela mereka karena menyuruh kepada amal ma’ruf sedang
mereka sendiri meninggalkannya. namun
karena mereka meninggalkan amal ma’ruf sebab hal itu merupakan kewajiban
setiap individu yang mengetahuinya.[8]
Kaitan controlling dalam ayat ini yaitu Supaya kita
melakukan pengawasan atau control terhadap diri kita sendiri. Dalam hal ini
kita telah diingatkan oleh Allah untuk tetap taat pada perintahNya. Bukan
melalaikan, padahal kita sendiri sudah tahu apa kewajiban kita terhadap Allah
tapi kita malah melalaikannya.
4.
Surat
Az-Zuhruf ayat 80
Artinya
: “Apakah mereka mengira, bahwa kami tidak mendengar rahasia dan
bisikan-bisikan mereka? Sebenarnya (kami mendengar), dan utusan-utusan
(malaikat-malaikat) kami selalu mencatat di sisi mereka.” (az-Zuhruf : 80)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Muhammad bin Ka’b
al-Qurazhi bahwa ketika dua orang Quraisy dan seorang Tsaqif duduk-duduk di
sisi Ka’bah, lalu berkatalah salah seorang dari mereka:“Bagaimana pendapatmu, apakah
Allah mendengar omongan kita?. Yang lainnya menjawab: “Apabila kamu berbicara
nyaring, tentu Ia akan mendengar, tapi jika kamu berbisik-bisik, tentu Ia tidak
akan mendengarnya. Maka turunlah ayat ini (az-Zukhruf: 80) sebagai bantahan
atas ucapan mereka.[9]
Tafsir ayat Az Zuhruf ayat 80 ini yaitu melihat sikap dan tindakan
orang-orang kafir semasa hidup di dunia, mereka seakan-akan tidak percaya bahwa
Allah SWT mengetahui segala sesuatu maka dikatakan tentang mereka, "Apakah
mereka menyangka bahwa Kami tidak mendengar bisikan-bisikan hati mereka, dan
tidak mengetahui semua yang mereka perbincangkan secara rahasia dalam menyusun
tipu daya itu?". Dengan ayat ini Allah SWT menegaskan dengan mengatakan:
"Kami mengetahui segala yang mereka rencanakan itu dan mendengar semua
bisikan-bisikan mereka, tidak ada sesuatu pun yang tidak kami ketahui di
samping itu malaikat selalu menulis dan mencatat semua perilaku mereka baik
berupa perkataan maupun perbuatan.
Kaitan controlling dengan surat ini yaitu tentang pengawasan
Allah terhadap hambanya yang setiap saat mengawasi kita. Dimanapun kita berada
dan kapan saja Allah selalu mengikuti kita dan Allah selalu melihat apa yang
kita lakukan. Jadi kita haruslah ingat bahwa Allah selalu mengawasi kita jadi
5.
Surat
Al Infithor ayat 11-12
Artinya
: “Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi
(pekerjaan) yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu
itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Infithar: 11-12)
Tafsir ayat ini adalah Sesungguhnya pada kalian ada malaikat
penjaga yang mulia lagi mencatat. Maka jangan kalian hadapkan mereka dengan
kekejian sehingga mereka menulis seluruh amalan-amalan kalian. Kaitan Controlling
dengan ayat ini adalah Pengawasan terhadap diri kita supaya kita senantiasa
melakukan kebaikan dan tidak melakukan kemungkaran. Karena kehidupan kita
selalu diawasi oleh malaikat. Dan
6.
Surat
Al Hijr ayat 92-93
Artinya
: “Maka demi Tuhanmu, kami pasti akan menanyai mereka semua, tentang apa yang
telah mereka kerjakan dahulu” (Q.S. al-Hijr: 92-93)
Tafsir
ayat ini merupakan lanjutan dari ayat sebelumnya yaitu ketika Allah mengancam
kaum musyrikin mekah dan siapa pun yang durhaka dan bersikap buruk terhadap
Al-Qur’an dengan firmannya :Kami juga telah menimpakan siksa atas al
muqtasimin yakni orang-orang yang memilah-milah kitab Allah dan menyifatinya
dengan sifat yang beraneka ragam yaitu orang-orang yang telah menjadikan
Al-Qur’an terbagi-bagi. Ada yang menamainya sihir, atau syair atau tenung
dan sebagainya atau ada yang mereka benarkan ada juga yang mengingkari. Maka
demi tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka kelak di hari kemudian, tentang
apa yang telah dan terus menerus mereka kerjakan dahulu.[10]
2.
Implementasi
Controlling dalam Manajemen Pendidikan.
Dari segi pendidikan, pengawasan mengandung makna suatu usaha agar
suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil timbulnya hambatan, sedangkan
hambatan yang telah terjadi dapat segera diketahui yang kemudian dapat
dilakukan tindakan perbaikannya.[11]
Dalam praktik pengawasan pendidikan, pengawas fungsional memiliki
tugas membina dan mengembangkan karir para guru dan staf lainnya serta membantu
memecahkan masalah profesi yang dihadapi oleh mereka secara profesional. Tugas
tersebut jika ditinjau dari kajian konseptual merupakan kajian supervisi.
Dengan demikian, dalam praktik kepengawasan para pengawas menjalankan fungsi
sebagai supervisor. Dalam dunia pendidikan, supervisi diidentikkan dengan
pengawasan, memang hal ini dapat dimaklumi karena bila dikaji dari sisi
etimologis istilah “supervisi” atau dalam bahasa inggris “supervision”
sering didefinisikan sebagai pengawasan. Supervisi ialah pembinaan yang
diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan
untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik.[12]
Supervisi dilakukan oleh supervisor (penemaan lainnya adalah
penilik, pamong belajar, dan sebagainya), terhadap pihak yang disupervisi.
Supervisi memiliki fungsi tersendiri yaitu kegiatan yang berkaitan dengan
pengamatan dan pemberian bantuan dalam kegiatan pembelajaran. Bahwa supervisor
bukan hanya sekedar mengevaluasi dan memonitor saja, akan tetapi juga harus
memeberikan bimbingan dan pengarahan. Secara operasional, tujuan dari supervisi
adalah:[13]
a.
Membantu
guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan
b.
Membantu
guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar murid-murid.
c.
Membantu
guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolahnya.
Adapun fungsi dari pengawasan pada manajerial sebuah instansi
pendidikan adalah:
a.
Menghindari
terjadinya penyimpangan program
Dengan
dilakukan pengawasan, maka program pendidikan yang ditetapkan pada awal manajemen
dapat berjalan berdasarkan perencanaan yang over all.
b.
Meningkatkan
kualitas kerja
Dengan
menerapkan kontrol manajemen, berarti juga menerapkan fungsi pengawasan kerja,
yang berdampak pada peningkatan kualitas kerja
c.
Memperoleh
umpan balik (feed back)
Lewat
kontrol manajemen yang dilakukan, maka administrator pendidikan yang
melaksanakan kontrol akan memperoleh pengalaman dan penemuan-penemuan kasus
yang dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi yang nantinya dilakukan
penyempurnaan kegiatan kontrol.
d.
Mengajak
secara mendidik
Pengawasan
manajemen juga dapat berfungsi sebagai terapan. Dengan control, adminstrator
pendidikan dapat menerapkan secara langsung dan tidak langsung, secara efektif
dan efisien, secara persuasif yang bersifat mendidik kepada para personil
program untuk memahami untuk maksud dan tujuan kegiatan yang dilakukan.
e.
Mengukur
seberapa jauh pencapaian program pendidikan
Dengan
mengetahui seberapa jauh tingkat ukur kemampuan dari manajemen yang diterapkan
maka akan dapat dilakukan proses peningkatan pada tindak lanjut program
manajemen selanjutnya
Dalam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah
dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan
memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu
sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang
perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen
yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi,
yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara
semestinya. Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus
memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif
dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu
dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
IV.
PENUTUP
Demikianlah
makalah yang dapat kami sampaikan. Jika ada kesalahan dalam penulisan maupun
cara kami mempresentasikan kurang memuaskan kami mohon maaf. Oleh karena itu,
kritik dan saran saudara sangat kami harapkan, agar kelak kami lebih baik dari
sekarang dalam penulisan karya ilmiah.
DAFTAR
PUSTAKA
Kementerian agama RI, Al-Qur’an
Tajwid dan Terjemahannya Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul dan Hadits Shohih,
SYGMA, Bandung, 2007
M. Ismail Yusanto Dan M. Karebet
Widjajakusuma, Manajemen Stategis Perspektif Syariah, Khirul Bayan, Jakarta, 2003,
M. Quraish Shihab, Tafsir Al
Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Lentera Hati, Jakarta, 2001
Siswanto, Pengantar Manajemen,
Bumi Aksara, Bandung, 2005,
Sondang P. Siagian, Manajemen
Strategi, Bumi Aksara, Jakarta, 2000,
Subari, Supervisi Pendidikan
Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 1994
Suryo Subroto, Dimensi-dimensi
Administrasi Pendidikan di Sekolah, Bina Aksara, Jakarta, 1988,
Syaiful Sagala, Supervisi
Pembelajaran dalam profesi Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2010
[1] Sondang P.
Siagian, Manajemen Strategi, Bumi Aksara, Jakarta, 2000, hlm. 257
[2] Syaiful
Sagala, Supervisi Pembelajaran dalam profesi Pendidikan, Alfabeta, Bandung,
2010
[3] M. Ismail
Yusanto Dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Stategis Perspektif Syariah,
Khirul Bayan, Jakarta, 2003, hlm. 148
[4] Abudin Nata, Tafsir
Ayat-Ayat Pendidikan ( Tafsir Al Ayat Al Tarbawy), PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2002, hlm. 198
[5] Ibid,
hlm. 200
[6] Mudjab Mahali,
Asbabun NUzul Studi Pendalaman Al-Qur’an
(Al-Fatihah-An-Nisa), CV. Rajawali, Jakarta, 1989, hlm. 11-12
[7] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Lentera
Hati, Jakarta, 2001
[8] Muhammad Nasib
Ar Rifa’I, Kemudahan dari Alla h Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid I,
Gema Insani, Jakarta, 1999, hlm. 120
[9] Ibid
[10] M.Quraish
Shihab, Op.Cit, hlm 166
[11] Siswanto, Pengantar
Manajemen, Bumi Aksara, Bandung, 2005, hlm. 76
[12] Suryo Subroto,
Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, Bina Aksara,
Jakarta, 1988, hlm.134
[13] Subari, Supervisi
Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta,
1994
No comments:
Post a Comment